Kamis, 26 November 2009

REVOLUSI KEPEMIMPINAN BIMA

“RekonSTruksi kepemimpinan Bima”

Antara menjadi pemimpin dan menjadi manusia baik sangat tipis perbedaannya. Kepemimpinan membutuhkan banyak bidang kompetensi dan kepedulian, selain sudah tercukupinya kebutuhan dasar. Menjadi manusia baik cukup dengan memiliki kebutuhan dasar dan kearifan untuk dirinya sendiri.
Pemimpin dari kata dasar pimpin, merupakan subyek aktif penentu sikap dan pikiran. Arti dasarnya nilai dan maknanya pun akan menunjukan subyek utama yang memiliki kemampuan lebih untuk meluangkan seluruh potensi dirinya. Segala kemampuan dan eksistensi personal ini merupakan sebuah karunia Allah SWT. Sebagaimana yang firman Tuhan dalam ayat Al-qur’an bahwa semua manusia diciptakan adalah Khalifah atau Pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya demi mengemban amanat Tuhannya untuk kebaikan kehidupan dunia akhirat. Kenapa manusia ditunjuk oleh Tuhan sebagai pemimpin di dunia ini?? Dalam tulisan ini, penulis kira para pembaca mungkin sebagian besar dapat menjawab serta mengerti maksud manusia (khalifah) diciptakan di dunia ini. Namun melihat realita carut-marut kepemimpinan masyarakat saat ini, baiknya pertanyaan paling sederhana yang sangat urgen bagi kita, Seperti apa pemimpin itu? Bagaimana seharusnya pemimpin itu? Tentunya berbagai pertanyaan ini harus bisa dijawab oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin pengemban amanah masyarakat di era mendatang.
Dalam sejarah kepemimpinan bangsa kita meriwayatkan, Sungguh Banyak proses yang harus dilalui seseorang untuk menjadi pemimpin, seperti ancaman dibunuh, dipenjara, dianiaya, atau berhasil melawan pemerintah yang otoriter dan korup. Sebagaimana Bung Karno. Karena aktif pada pergerakan kemerdekaan Indonesia, dia dan kawan-kawannya pernah dipenjara penjajah kolonial Belanda. Oleh karena sikap dan pemikirannya yang anti kolonial inilah Bung Karno dan kawan-kawannya menjadi ancaman berbahaya yang dapat meruntuhkan kekuasaan Belanda. Melalui ide dan gagasan mereka dalam melakukan sebuah pergerakan perjuangan, Al-hasil pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia secara De facto mendeklarasikan kemerdekaannya dan berdirilah Indonesia sebagai Negara kesatuan republik yang pimpin oleh Bung karno.
Artinya, Seorang pemimpin harus mampu menyadarkan orang diluar diirinya (komunitas/masyarakat/atau bangsa) untuk memiliki kearifan (kepedulian) agar dapat sepakat mencapai tujuan bersama. Disini kita pahami, ontologi seorang pemimpin mampu memberikan solusi atas persoalan-persoalan masyarakat dan bangsanya. Berkerja tanpa pamrih, yang hanya mau berjuang dan berjuang, berkorban dan berkorban meluangkan semua kemampuan demi tercapainya amanat dan cita-cita masyarakat. Kehendak masyarakatlah yang ia elaborasi dan direkayasa sehingga menjadi sebuah konsep yang dapat diimplementasikan untuk membangun kesejahteraan publik. Konsekuensi dari tindakannya itu, menjadikan dirinya Natural Leader bagi masyarakat dan bangsanya.
Pemimpin yang murni lahir dari konsensus masyarakat diharapkan menjadi Konseptor ulung yang mampu menjawab berbagai persoalan. Baik buruknya tingkat kemakmuran masyarakat diberbagai sumber kehidupan sangatlah ditentukan seperti apa pemimpin dimasyarakat tersebut. Eksistensi pemimpin diberbagai bidang ilmu pengetahuan maupun agama ini dituntut harus dimiliki oleh pemimpin untuk saat ini dan di masa mendatang. Seperti yang tertuang dalam “Nggusu Waru” falsafah hidup masyarakat Bima mengenai syarat-syarat kepemimpinan yang memiliki sifat- dan karakteristik tertentu. Tulisan ini disadur oleh penulis dari sebuah buku karangan Intelektual dan sesepuh Bima di Jogja, Bapak KH. Abdul Malik Mahmud Hasan dengan judul “Ngusu Waru” Sebuah Kriteria Pemimpin Menurut Budaya Lokal Mbojo. Nggusu Waru atau yang dikenal juga dengan “Pote Waru”, menurut beliau (dalam Guru Melo: 2008:10) adalah delapan sifat/karakteristik yang kuat dalam diri seseorang pemimpin (dumudou, ama dou, amarasa) (bahasa Bima). “Nggusu waru” atau Delapan sifat/karakteristik itu sekaligus dapat dijadikan pedoman bagi seseorang yang ingin dan akan dipilih/dijadikan pemimpin, antara lain:
(Sa’orikaina) “dou maja labo dahu dinadai Ruma Allahu Ta’ala”. Artinya orang yang merasa malu dan takut kepada allah SWT. Takwa dalam artian hati-hati dan selektif dalam hidupnya. Ia tidak mau bersikap sembarangan. Karena ia yakin bahwa meskipun mata kepalanya tidak dapat melihat Allah, tapi mata hatinya yakin bahwa allah SWT pasti memperhatikan dia, sebagaimana dirumuskan dalam pengertian ihsan, yaitu: “hendaklah engkau menyembah allah, seakan-akan kau meliha-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa allah pasti melihat engkau”. Jadi, kriteria yang satu ini mendasari sekaligus menjiwai ketujuh sifat yang lainnya. Sifat ma sabua ake, nakapisiku sifat ma pidumbua ma kalai ede.
(Dua orikaina) “ dou ma bae ade”. Artinya, orang yang Bijak dan arif serta memiliki kapasitas intelektual serta kepekaan jiwa (spiritual agama) yang mendalam. Secara rasional (lahiriyah) dan intuitif (Batiniyah) mampu mengontrol dirinya dari sifat yang tidak manusiawi.
(Tolu orikaina) “dou ma mbani labo disa”. Artinya orang yang memiliki sifat berani melakukan perubahan kearah yang lebih positif-konstruktif karena diyakini kebenarannya. Ia mampu bersikap tegas dalam mengambil segala keputusan yang menyangkut hal layak yang dipimpinnya yang ia yakin akan kebaikan dan kebenarannya.
(Upa orikaina), “dou ma lembo ade ro ma na’e sabar”. Artinya orang yang berjiwa besar , demokratis dan akomodatif yang mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang pemimpin dengan segala konskuensi logisnya. Dengan berkat kesabarannya ia tidak mudah goyah mengadapi segala rintangan. Dengan keteguhan dan kesabarannya ini, ia mampu mengatasi berbagai persoalan yang ada di tengah masyarakat.
(Lima orikaina), “dou ma ndinga nggahi rawi pahu”. Artinya, orang yang jujur. Orang yang satu kata dengan perbuatannya (tidak hipokrit).
(Ini orikaina), “dou ma taho hid’i” atau “londo dou ma taho”. Artinya, orang yang memiliki integritas kepribadian yang kokoh-kuat dan berwibawa. Aspek integritas kepribadian yang sidik (jujur), tidak bohong, amanah (dapat dipercaya), tidak khianat, tabaliq (transparan dan komunikatif) tidak sembunyi-sembunyi, serta fatonah (cerdas dan kreatif), tidak bohong/dungu, sedemikian rupa, sebagai pribadi manusia yang utuh.
(Pidu orikaina), “dou ma d’i woha dou”. Artinya, orang yang selalu merasa terpanggil untuk mengambil tanggung jawab, ditengah-tengah komunitasnya, baik ditingkat lokal, memiliki akses tingkat nasional, dan syukur-syukur di tingkat Internasional. Dan karenanya, ia selalu dekat di hati rakyat, ia selalu dicintai rakyatnya.
(Waru orikaina), “dou ma ntau ro wara”. Artinya, orang yang memiliki kekayaan (maksudnya, bukan hanya memiliki kekayaan bersifat materi-kebendaan saja, tetapi yang penting, kaya rokhani), sehingga tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat materi.
Refleksi filosofis kepemimpinan ini, dapat kita jadikan referensi untuk memilih pemimpin yang memahami makna kepemimpinan yang sebenarnya hingga mampu menjawab kebutuhan kesejahteraan masyarakat. Baiknya bagi yang ingin menjadi seorang pemimpin masyarakat untuk berpedoman dari nilai kearifan lokal budaya dan agama. Karena dalam kondisi kehidupan kita sekarang ini, amatlah jarang kita melihat adanya personalitas figur pemimpin yang memiliki karakter seperti itu.
Saatnya kita merubah pandangan dunia sampai hari ini yang masih saja terfokus pada fenomena dari banyaknya orang yang memperebutkan jabatan menjadi seorang pemimpin. Artinya, makna seorang pemimpin adalah orang yang Watak pemberani dan tak kenal ragu, Memimpin dari depan tanpa meninggalkan pendukung, Pemimpin mengembala dari belakang, Mengundurkan diri jika tidak mampu dan kehilangan peluang untuk memimpin. Secara Substansinya pemimpin itu, sanggup mengorbankan banyak waktu , tenaga dan pikiran maupun segala kemampuan yang ada dalam dirinya demi mengantarkan masyarakat ke depan pintu kemerdekaan dan kesejahteraan yang sebenarnya. Bagaimana dengan Pemimpin Bima ke depan??Diri dan jiwa kita semua yang menentukannya. Wallahu allam bisshawab








Tidak ada komentar:

Posting Komentar